sumber gambar dari: http://senivisual1.blogspot.com/ |
Kau Terlambat Lagi.
Berjalan meniti sebuah tangga kemudian
menyusuri teras sempit dengan lantai keramik putih yang mulai buram dan sedikit
retak namun di sana-sini. Pandanganku mengarah pada Segerombolan pemudi yang tampak
berjalan dikejauhan. Pakaian mereka putih lengkap dengan jilbab yang berwarna
serupa dan bawahan berwarna abu-abu, tak
beda jauh seperti pakaian putih yang melekat padaku dan celana abu-abu yang ku
kenakan. Canda dan tawa - tawa kecil mereka terdengar hingga mereka lenyap dari
pandanganku menuju sebuah ruang kelas paling ujung di lantai dua ini. Tak bermaksud
mengikuti mereka aku pun masuk pada ruang yang sama karena kelas itu juga ruang
kelasku, ruang kelas XI.
Kejadian demikian hampir setiap hari aku
alami. Namun hal itu baru - baru ini saja. Analoginya adalah,
berangkat ke sekolah dan masuk ruang kelas berbarengan atau tepat di belakang para murid perempuan merupakan pertanda tidak terlambat masuk kelas, karena para murid perempuan umumnya datang tepat waktu bahkan lebih awal, artinya pada waktu sebelumnya tentu sudah bisa ditebak, sebelumnya saya sering berangkat dan masuk kelas terlambat. Jika bukan karena memangku jabatan ketua osis walaupun jabatan itu sangat tidak diharapkan hal itu kecil kemungkinan akan terjadi walaupun sekarang juga masih sering terlambat.
berangkat ke sekolah dan masuk ruang kelas berbarengan atau tepat di belakang para murid perempuan merupakan pertanda tidak terlambat masuk kelas, karena para murid perempuan umumnya datang tepat waktu bahkan lebih awal, artinya pada waktu sebelumnya tentu sudah bisa ditebak, sebelumnya saya sering berangkat dan masuk kelas terlambat. Jika bukan karena memangku jabatan ketua osis walaupun jabatan itu sangat tidak diharapkan hal itu kecil kemungkinan akan terjadi walaupun sekarang juga masih sering terlambat.
Kembali lagi ke kelas. Setelah hampir semua
kawanku masuk kelas sang guru pengajar datang. Tak lama kemudian datang dengan
tergesa seorang wanita warga kelasku juga. Status terlambat masuk kelas disandanglah
oleh dia. Nggak sekali dua kali saja dia pikirku sambil tertawa dalam hati.
***
Buku adalah jendelanya
Bel pulang berbunyi. Aku teringat oleh buku
perpustakaan yang ku pinjam yang dibawa teman sekelasku tadi. Temanku cewek yang
ku ceritakan sering terlambat itu. Dalam hati, Sudah sering telat tak mau
berusaha pula. “mana bukunya!” pintaku “he! Ini kan bukuku?” jawabnya. Bagaimana bisa? Pikirku.
“itu buku hasilku pinjam di perpus tau?” jawabku. “bukan, ini aku yang pinjam”
dia menimpali. “ayo kasihkan!”, “gak”. Tanpa berbelit belit lagi ku rebut saja
dan kena. “Kembalikan atau ku tendang kau?”, “coba saja!”. “puk” di menendang kakiku. Akhirnya
aku mengalah ku kembalikan buku itu padanya.
Sepulang sekolah, bersama teman-temanku di
warung makan. Ku pesan satu cangkir kopi hitam dengan nasi pecel sepiring. Sambil
menunggu pesanan dibuatkan, ku keluarkan handphone dan mulai mengetik sebuah
pesan singkat untuk si perebut buku.
>> U hrs tg
jwb!
<< tG jWb
pA..?? tU buKu q
>> bkn mslh
bku. Kakiq skt. Pjtin hehe…
<< oWw..
cNi o t pJTin. Haha…
>> aws yoo…
key.. q mkn dlu y??
<< zUps..
SMS basa basi saja. Tidak mungkin aku benar-benar ke
rumahnya, karena aku tinggal di asrama tak ada sepeda apalagi motor dan tentu
saja kakiku tak benar-benar sakit. Itu ada
Si monyet yang lagi cari perhatian sama si monyet juga. Gara -gara buku,
pikirku. Pesananku sudah datang aku mulai makan.
***
Hati-hati Monyet
Suatu hari di sebuah hutan. Seekor monyet
jantan diketahui oleh temanya sesama monyet jantan ternyata berteman juga
dengan seekor monyet betina. Monyet jantan pertama kita namai monyet1 dan temanya
kita namai monyet2. Si Monyet2 entah kenapa sebabnya tertarik pada monyet
betina teman dari monyet1. Akhirnya dia meminta kepada monyet1 yang sudah
dirasa akrab dengan si monyet betina agar membantu monyet2 untuk PEDEKATE
dengan monyet betina. Kata Sepakat akhirnya terjadi. Monyet1 akhirnya
menyampaikan kepada monyet betina maksud dari monyet2. Walaupun monyet1
sebenarnya juga lebih dulu menaruh hati kepada monyet betina namun si monyet1
tak pernah mengungkapkan isi hatinya dan terkesan tak pernah berkata serius
dengan monyet betina.
Setelah monyet1 menyatakan maksud dari monyet2
kepada monyet betina, monyet betina menjawab “aku tidak suka dengan monyet2 aku
suka dengan monyet lain” “siapa?” tanya monyet1 “apakah aku boleh tau?”. “kau
tak perlu tau” jawab monyet betina. Misinya gagal. Merasa penasaran monyet1
mencoba mendesak “masa aku tak boleh tau? aku kan temanmu?”. “tak perlu”
jawabnya. “apakah dia tinggal di hutan ini juga?” tanya monyet1 bersikeras. “Ya,
dia tinggal di hutan ini juga” beribu tanda tanya masih memenuhi kepala monyet1
“baiklah kalau kau ingin tahu” monyet betina meneruskan “carilah kau benda
bernama cermin dan lihatlah wajah dari siapa yang kau tanyakan di dalam
dicermin itu. Kemudian monyet betina pergi.
Seharian penuh monyet1 memikirkan maksud
dari perkataan dan kesungguhan monyet betina sambil mencari benda yang bernama
cermin. Setelah matahari terbenam disinari cahaya bulan purnama cermin itupun
berhasil ditemukan. Dengan hati berdebar-debar dilihatnya kedalam cermin, tak
disangka oleh si monyet1 ternyata di dalam cermin itu terdapat dirinya. Dengan kepala
yang masih penuh tanda tanya seakan tak percaya dia pergi menemui monyet betina
dan menayakan kejelasanya “apakah yang kau maksud itu aku?” monyet betina
menjawab “Ya”.
***
Banyak monyet.
Bangun pagi rasanya ringan sekali seingatku
aku tadi malam idur pukul 3.00 dini hari. Hari ini terasa begitu berbeda dengan
hari-hari berikutnya. Tidur jam tiga pagi bukan tanpa alasan. Semalam aku usai
menelpon seseorang mulai sekitar jam 10 malam sampai jam 1 dini hari. Rasanya telinga
panas, tapi karena yang ditelepon agak spesial jadi hati rasanya adem. Dia yang
belakangan jadi someone in my heart ternyata yang memberikan sebuah
tendangan saat ribut-ribut kecil masalah buku waktu itu. Iya Yang sering
terlambat itu. Memang susah bagiku menyebut namanya bahkan selama kami
berhubungan, jarang sekali aku menyebutkan namanya walaupun dengan orang lain. Mendengar
namanya saja rasanya seprti mandi air es. Setelah waktu itu memang aku jadi agak
linglung dan start on-nya ya tadi malam itu.
Pukul 7.00 di ruang kelas. Sikapku
seolah-olah tak terjadi apa-apa denganya tadi malam. Tak menunjukan kami
mempunyai hubungan khusus. Sengaja aku lakukan karena kami memang sepakat untuk
back street, kalau tidak salah istilahnya begitu. Inisiatif tersebut
datang demi untuk menjaga hati seorang teman yang menjadi rival of love competition.
Tapi hanya bertahan satu minggu rahasia kami terbongkar. Maka bom waktu
permsuhan pun meledak sampai beberapa minggu. Banyak monyet.
Komentar
Posting Komentar